Intoleransi Laktosa dan 7 Cara Mengatasinya

ADAKALANYA setelah minum susu, bayi atau anak menderita diare, perut kembung atau sering buang angin. Jika si kecil menderita seperti itu, kemungkinan besar karena intoleransi laktosa. 

Intoleransi laktosa adalah gangguan yang terjadi pada pencernaan akibat tubuh tidak bisa mencerna laktosa. Yaitu salah satu komponen dalam susu.

Seharusnya, laktosa dalam pencernaan diubah menjadi glukosa dan galaktosa. Pengubahan menggunakan enzim alami atau laktase.

Glukosa dan galaktosa selanjutnya diserap oleh tubuh untuk digunakan sebagai sumber energi.

Sayangnya, tubuh sebagian bayi atau anak tidak mampu menghasilkan banyak enzim laktase. Ini membuat laktosa tidak bisa tercerna ke usus besar.

Efeknya terjadilah laktosa intoleran atau intoleransi laktosa. Tidak hanya pada bayi dan anak. Intoleransi laktosa juga bisa terjadi pada remaja dan orang dewasa.

intoleransi laktosa
(foto:rejuve.co.id)

Penyebab Intoleransi Laktosa

Ada beberapa penyebab intoleransi laktosa. Berikut 4 penyebab intoleransi laktosa berdasarkan jenisnya, yaitu:

1. Intoleransi Laktosa Primer

Intoleransi ini terjadi akibat keturunan. Yaitu orang tuanya juga punya masalah pencernaan yang sama.

Jadi, penyebab laktosa intoleran ini adalah faktor keturunan. Intoleransi ini terjadi saat produksi laktase menurun.

Laktosa intoleran primer terjadi saat anak umur 2 tahun. Tetapi keluhan baru muncul saat anak sudah menginjak usia remaja atau dewasa.

2. Intoleransi Laktosa Sekunder

Intoleransi ini terjadi karena produksi laktase menurun. Penyebabnya adalah sakit celiac, infeksi usus, penyakit crohn atau radang usus besar.

Selain itu, penurunan laktase juga bisa disebabkan oleh efek kemoterapi atau konsumsi antibiotik jangka panjang.

3. Intoleransi Laktosa dalam Masa Perkembangan

Biasanya, laktosa intoleran jenis ini terjadi pada bayi yang lahir prematur. Saat lahir, usus bayi belum sempurna. Untunglah, kejadian ini hanya berlangsung sebentar.

Dengan bertambahnya usia dan perawatan bayi yang baik, gangguan masalah laktosa menghilang.

4. Intoleransi Laktosa Bawaan

Adakalanya laktosa intoleran ini terjadi akibat kelainan genetik dari orang tuanya sejak lahir.

Misalnya bayi lahir dengan sedikit enzim laktase atau tanpa enzim laktase sama sekali. Tetapi bayi seperti ini sangat jarang terjadi.

Gejala Intoleransi Laktosa

Ada baiknya Anda juga mengetahui gejala laktosa intoleran. Gejalanya muncul setelah mengonsumsi makanan minuman yang mengandung laktosa.

Ada yang ringan, sedang dan berat. Tergantung pada jumlah laktase yang diproduksi. Biasanya, gejala intoleransi laktosa muncul 30 menit sampai 2 jam setelah minum susu atau produk dari susu.

Gejalanya antara lain:

  • perut kembung
  • sering buang gas arau angin (kentut)
  • diare
  • perut terasa nyeri
  • mual dan muntah
  • kram
  • bagian tubuh bengkak

Adapun gejala intoleransi laktosa pada orang dewasa antara lain perut kembung dan kram, diare, perut kembung, dan mual.

Tentu saja, gejala yang dialami tiap penderita tidak sama. Keparahan gejala tergantung pada banyaknya laktosa yang dikonsumsi.

Untuk mengatasinya, tentu saja Anda perlu ke dokter. Terutama untuk memastikan apakah gejala yang Anda alami merupakan gangguan laktosa. Bukan akibat yang lain.

Misalnya akibat alergi protein susu sapi, sindrom iritasi usus besar (irritable bowel syndrome), radang usus, atau penyakit celiac.

Perlu Tes Intoleransi Laktosa

Untuk memastikan apakah Anda benar-benar menderita laktosa intoleran, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan wawancara mengenai kondisi pasien.

Untuk menegakkan diagnose, dokter juga akan melakukan pemeriksaan lanjutan, yaitu tes intoleransi laktosa. Ada 4 jenis tes laktosa:

1. Tes toleransi laktosa

Pada tes ini, dokter minta Anda mengonsumsi minuman tinggi laktosa. Setelah 2 jam, dokter akan cek hasilnya. Apabila kadar glukosa dalam darah tidak naik berarti Anda menderita gangguan laktosa.

2. Tes toleransi susu

Di sini, dokter minta Anda minum susu segelas. Jika hasilnya tidak membuat gula darah Anda naik berarti Anda menderita gejala laktosa intoleran.

3. Tes kadar hidrogen

Anda akan diminta puasa beberapa jam. Setelah itu minum susu dengan kadar laktosa tinggi.

Selanjutnya dokter mengukur kadar hidrogen Anda melalui napas tiap 15 menit. Itu dilakukan beberapa jam.

Jika hasilnya menunjukkan hidrogen tinggi berarti Anda menderita tidak mampu menyerap laktosa.

4. Tes keasaman feses

Biasanya tes ini untuk bayi atau anak. Tes ini mengukur kadar asam laktat pada sampel tinja.
Jika ditemukan adanya asam laktat di feses, diduga bayi atau anak menderita gangguan laktosa.

Cara Mengatasi Laktosa Intoleran

Ada beberapa cara mengatasi gangguan laktosa. Antara lain dengan minum susu bebas laktosa, susu rendah laktosa, dan makanan tanpa laktosa atau makanan rendah laktosa.

Ya, Anda harus hati-hati memilih makanan dan minuman. Tujuannya biar tidak terjadi komplikasi akibat tidak toleran laktosa. Misalnya terjadi kekurangan nutrisi atau osteoporosis.

Tetapi Anda tidak perlu khawatir. Masih banyak cara untuk mengatasinya. Antara lain dengan:

  • Minum susu bebas laktosa atau rendah laktosa. Misalnya Bebelac Free Laktosa, Cimory bebas laktosa, SGM bebas laktosa, dsb.
  • Makan ikan sarden dan makarel.
  • Mengkonsumsi sayuran hijau. Misalnya bayam, brokoli dan kacang-kacangan, pakcoy.
  • Makan tahu, tempe
  • Minum susu kedelai atau susu soya
  • Konsumsi suplemen enzim laktase untuk membantu tubuh mencerna laktosa
  • Pilih produk berlabel “bebas laktosa” atau “sedikit laktosa”.

Pengobatan Intoleransi Laktosa

Sampai sekarang belum ditemukan obat intoleransi laktosa. Demikian juga untuk meningkatkan produksi laktase. Sampai kini belum ada cara meningkatkan produksi laktase.

Oleh karena itu, yang bisa dilakukan oleh dokter adalah menyarankan agar Anda tidak mengonsumsi susu atau produk susu yang mengandung laktosa.

Penutup

Laktosa intoleran merupakan gangguan pencernaan yang tidak bisa menyerap susu atau makanan yang mengandung laktosa.

Meskipun demikian, ada beberapa cara mengatasinya sehingga tidak mengkhawatirkan kemungkinan akibat buruk bisa terjadi. Silakan pilih cara mana yang cocok.

Baik untuk penderita bayi, anak, remaja atau orang dewasa.